Sejarah Desa

 

Sejarah Desa

Pada zaman dahulu, terdapat sebuah rawa (bahasa Jawa: rowo) yang ditengahnya terdapat dataran yang terbentuk dari delta sebuah aliran anak sungai Jajar. Lama kelamaan karena proses alam, dataran tersebut semakin bertambah tinggi dan bertambah luas, kemudian mengering (bahasa Jawa: nelo, dari kata dasar ‘telo’). Semakin lama, rawa yang kering tersebut ditumbuhi pepohonan semakin lebat hingga menjadi hutan belantara. Datanglah seorang janda, anak dari Ki Ageng Wonopolo, beserta ketiga anaknya. Janda tersebut konon diusir oleh suaminya karena sangat cerewet dan sering bertengkar. Janda beserta ketiga anaknya tersebut membabat lahan di sekitar ‘rowo’ yang ‘nelo’ itu untuk dijadikan tempat bermukim. Akhirnya tempat tersebut dikenal orang dengan nama Wolo, yang berarti ‘rowo’ atau rawa yang ‘nelo’ atau kering. Sedangkan versi lain mengatakan, nama Wolo diambil dari akronim/singkatan nama Ki Ageng Wonopolo. Ki Ageng Wonopolo sendiri adalah pengageng (pembesar) Kesultanan Demak yang ditugasi untuk syiar agama Islam di wilayah barat Kali Serang. Konon dia juga leluhur yang mendirikan desa Pulutan (tetangga desa Wolo, masih dalam wilayah kecamatan Penawangan).